Soft Launching Biman Institute

Dalam rangka melebarkan menabur dan menebarkan kebermanfaatan Biman kepada masyarakat, pada 21 Januari 2017 Biman Institute diluncurkan. Biman Institute merupakan ‘adik kandung’ dari Biman Foundation yang akan lebih banyak concern sebagai Lembaga Kajian yang mencerdaskan, pusat pemikiran, dan memiliki visi “bridging knowledge to policy”.
Diselenggarakan di Aula Suwantji Sisworahardjo Gedung N FISIP UI, acara Soft Launching Biman Institute menghadirkan pembicara Prof. Dr. Eko Prasojo selaku pakar kebijakan publik dan juga sebagai Dekan FIA UI, Ganda Upaya (dosen Sosiologi FISIP UI), serta dimoderatori oleh Rosidi Rizkiandi (Wakil Ketua BEM UI 2012, penulis buku “1998: Kisah yang Tak Terungkap”.

Berikut salah satu petikan berita Soft Launching Biman Institute yang dimuat di http://www.aktual.com/biman-institute-dua-masalah-besar-pemerintahan-jokowi-jk/

Jakarta, Aktual.com – BIMAN Institute menyampaikan keprihatinannya melihat demokrasi Indonesia saat ini kesulitan mencari pemimpin yang adil dan bermartabat. Degradasi nilai moral dan praktek korupsi menjadi penyakit kronis yang melanda segenap lapisan bangsa.

Kemudian lanjut Direktur Eksekutif BIMAN Institute, Radon Dhelika, roda pemerintahan yang tidak berjalan efektif membuat pembangunan kesejahteraan sosial menjadi berjalan lambat dan tidak merata.

“Indonesia saat ini menghadapi dua masalah mendasar yang belum terselesaikan yaitu, efektivitas pemerintahan dan korupsi,” katanya secara tertulis, di Jakarta, Minggu (22/1).

Dia memaparkan, dalam Global Competitiveness Index tahun 2017, Indonesia berada di peringkat 41 dibawah negara ASEAN lainnya, khususnya Singapura. Hal itu menunjukkan kemampuan birokrasi Indonesia dalam permasalahan yang serius.

Selain itu, desentralisasi yang mulai berlaku pascareformasi malah menyuburkan ego sentris yang menyulitkan konsolidasi dan berujung lambatnya pembangunan daerah.

Di tengah kekacauan seperti itu, dia menyerukan kepada segenap kau akademik untuk mengambil peranan yang objektif dan tidak terjebak dalam permainan politik praktis. Harapannya, Kaum akademisi menjadi benteng bagi bangsa.

“Akademisi harus hadir memberi solusi konkret dalam permasalahan kebangsaan dan kerakyatan,” tandasnya.

(Laporan: Dadangsah Dapunta)

Bagikan artikel ini melalui:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mulai percakapan
1
Ada yang bisa kami bantu?
Assalamu'alaikum,
Ada yang bisa kami bantu?