Peluncuran Buku “Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998: Kisah yang Tak Terungkap”

Sebulan yang lalu diselenggarakan peluncuran sebuah buku berjudul Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998: Kisah yang Tak Terungkap, karya Rosidi Rizkiandi (alumni FIB UI 2008, Wakil Ketua BEM UI 2012). Biman Foundation mendukung penuh peluncuran buku tersebut sebagai bagian dari kontribusi sejarah bagi pergerakan mahasiswa saat ini. Dalam kata pengantarnya, Odi mengucapkan terima kasih kepada Biman Foundation atas dukungan konkretnya sejak awal buku ditulis hingga akhirnya berhasilkan diterbitkan. Khususnya kepada Dr. Abdul Wahid (Ketua Dewan Pembina Biman Foundation) yang selalu memotivasi dan mendukung setiap gagasan yang muncul dari anak muda.

1998

Berikut ini berita launching buku Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998: Kisah yang Tak Terungkap sebagaimana dimuat di http://www.republika.co.id/berita/koran/rana-koran/16/10/23/ofht0a13-menguak-kisah-tak-terungkap-di-balik-reformasi-1998.

Menguak Kisah tak Terungkap di Balik Reformasi 1998
Sunday, 23 October 2016, 16:00 WIB

Relasi antara mahasiswa dan pemerintah memang tak pernah bisa dipisahkan. Mahasiswa merupakan motor penggerak reformasi yang menggulingkan pemerintahan Orde Baru pada 1998 silam. Reformasi merupakan salah satu catatan penting dalam sejarah Indonesia.

Ribuan mahasiswa turun ke jalan hingga berujung pada turunnya orang nomor satu yang telah memerintah negeri ini selama 32 tahun. Peristiwa reformasi 1998 ini menarik perhatian Rosidi Rizkiandi yang merupakan sarjana sejarah dari Universitas Indonesia.

Menurut pria yang akrab disapa Odi tersebut banyak buku membahas reformasi, namun tak ada yang khusus menceritakan soal pergerakan mahasiswa di masa reformasi ini.

“Padahal ujung tombak reformasi ini kan mahasiswa. Dari situlah saya mencoba melengkapi “potongan puzzle” soal reformasi ini,” ujar Odi. Ketertarikan Odi membahas pergerakan mahasiswa di era reformasi 1998 awalnya tak langsung dituangkan dalam bentuk buku.

Pria 26 tahun itu melakukan penelitian dan pengkajian hal ini untuk skripsinya. Namun setelah itu banyak masukkan terutama dari para alumni yang menjadi narasumbernya untuk menerbitkan tulisan tersebut dalam bentuk buku.

Maka Odi pun mulai serius mengerjakan debut karyanya itu. Butuh tiga tahun bagi Odi mengumpulkan, melakukan riset maupun mewawancarai narasumber dari mulai akivis tahun 70-an hingga 1998. Ada sekitar 15 narasumber dari berbagai kampus dan sejumlah aktor langsung dari peristiwa 1998 yang diwawancarai Odi.

“Memang lingkupnya lebih banyak soal mahasiswa UI (Universitas Indonesia), tapi ini untuk menjadi gambaran bagaimana saat itu. Sebab memang kalau mau dilihat pergerakan mahasiswa itu banyak yang berasal dari UI,” katanya.

Dalam bukunya tersebut Odi mengambil rentang dari tahun 1970an yang merupakan periode pra-reformasi dan awal Orde Baru hingga setahun setelah reformasi. Namun fokus utama cerita ada pada kisah-kisah para mahasiswa menjelang dan saat reformasi pada Maret 1998.

Sebab menurut Odi selama ini banyak mahasiswa-mahasiswi yang menjadi aktor penting dalam peristiwa reformasi namun tak pernah dibahas dalam buku-buku mengenai 1998 yang ada selama ini.

Hal itulah yang ingin diungkapkan Odi dalam buku yang diterbitkan penerbit Universitas Indonesia tersebut. Sejarahwan Anhar Gonggong menyambut baik buku Odi bertajuk “Mahasiswa Dalam Pusaran Reformasi 1998: Kisah yang Tak Terungkap” tersebut.

Menurut Anhar akhirnya ada buku yang dapat menunjukkan peran anak muda di sebuah periode yang mampu meruntuhkan kekuasaan. Pria 73 tahun itu juga memuji bahasa yang lugas dan dinilainya penuh makna dalam buku Odi.

Bahkan menurut sejarahwan asal Pinrang, Sulawesi Selatan itu, dari buku Odi inilah ia baru mengetahui mengenai perkembangan era reformasi di Universitas Indonesia. “Ada satu pembahasan soal polarisasi di UI kala reformasi yang menurut saya cukup menarik, ini menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa kita kala itu.

Ada juga soal bagaimana mahasiswa kita menghadapi tentara,” ujar Anhar saat bedah buku ini di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Menurut Anhar pada dasarnya peran pemuda dalam sejarah merupakan hal yang biasa dalam catatan negeri ini.

Tapi buku ini membuat pembaca dapat mengetahui bagaimana mahasiswa menghadapi krisis bangsa. “Hal-hal semacam ini perlu diketahui,” ujar Anhar.

Sambutan baik juga datang dari aktivis tahun 1998 Irwansyah, MA. Menurutnya buku Odi ini dapat membuka kemungkinan mendiskusikan apa yang selama ini tidak didiskusikan. Sebab kata pria yang menempuh studi S2-nya di Belanda tersebut, ia sedikit miris dengan kalimat dalam buku yang mengatakan UI sebagai inspirasi namun diskusi mengenai reformasi sangat minim di kampus.

Irwansyah juga mengkritisi pembahasan mengenai mahasiswa “kelompok kiri dan Islam” di UI. Meski ia menyerahkan hal itu pada penulis, namun menurutnya hal itu hanya sebuah pelabelan. “Hal ini harus sedikit dikritisi, sebab UI itu merupakan kampus perjuangan Orde Baru dari mana ada golongan kiri?” katanya.

Satu hal lain menurut Irwansyah yang belum dibahas dalam buku adalah mengenai aksi awal yang terjadi di dalam kampus UI. Menurutnya yang menarik dan sayangnya tak dibahas dalam buku yakni mahasiswi UI memulai gerakannya dengan aksi budaya.

Namun ia mengaku senang dengan adanya buku karya Rosidi Rizkiandi ini. Sebab menurutnya tak banyak buku yang membahas mengenai pergerakan politik di UI dan buku ini sebagai jawabannya.

Odi memang lebih dominan membahas pergerakan mahasiswa UI dalam pusaran reformasi 1998. Beberapa foto dan literasi pun banyak bersumber dari data yang dimiliki Universitas Indonesia.

Tapi kembali Odi mengatakan ia berharap bukunya dapat memberi gambaran mengenai pergerakan mahasiswa yang menjadi tombak reformasi 1998. Oleh Gita Amanda, ed: Nina Chairani

Bagikan artikel ini melalui:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mulai percakapan
1
Ada yang bisa kami bantu?
Assalamu'alaikum,
Ada yang bisa kami bantu?